Setahun setelah menandatangani perjanjian dengan Better Work dan konstituen tripartit nasional, Uzbekistan membuat langkah maju dalam meningkatkan kondisi kerja dan memposisikan diri sebagai pemain yang kompetitif di pasar pakaian jadi global.
TASHKENT - Industri tekstil dan garmen Uzbekistan telah merayakan ulang tahun pertama dari perjanjian penting untuk meningkatkan kondisi kerja dan hak-hak buruh. Nota Kesepahaman (MOU) yang ditandatangani oleh program Better Work, Federasi Serikat Pekerja Uzbekistan (FTUU), Konfederasi Pengusaha Uzbekistan (CEU), dan pemerintah Uzbekistan, menandai sebuah langkah signifikan dalam rencana Uzbekistan untuk menambah nilai industri kapasnya yang sudah mapan dan muncul sebagai tujuan utama pengadaan global untuk produksi garmen. Better Work adalah program kemitraan dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan International Finance Corporation (IFC).
Dengan dukungan Better Work, industri Uzbekistan sudah menarik minat pembeli internasional. The Walt Disney Company baru-baru ini memasukkan Uzbekistan ke dalam daftar negara pemasok yang disetujui, asalkan pabrik-pabrik pemasok terdaftar dalam program ini dan memenuhi persyaratan lain yang diperlukan.
"Jika kemajuan dalam standar tenaga kerja terus berlanjut, Uzbekistan berada di posisi yang tepat untuk menjadi pemasok penting bagi pasar global, khususnya Eropa," jelas Yousuf Abu, yang mengepalai program negara untuk Better Work. "Sejak pencabutan larangan kapas, negara ini sudah berada dalam posisi yang kuat dengan waktu tunggu yang singkat dan harga yang kompetitif."
Hingga tahun 2022, merek-merek dan peritel internasional memboikot Uzbekistan karena adanya kekhawatiran akan adanya bukti-bukti pekerja anak dan pekerja paksa di industri kapas negara tersebut. Setelah peninjauan ekstensif oleh ILO dan organisasi-organisasi lainnya, dipastikan bahwa negara tersebut telah membuat kemajuan substansial dalam menangani pelanggaran hak-hak buruh. Uzbekistan kini menikmati akses bebas tarif ke pasar Eropa untuk garmen kapas. Sebuah studi IFC baru-baru ini menemukan bahwa negara tersebut adalah yang paling kompetitif di antara semua pemasok garmen Eropa dalam hal biaya pengangkutan dan bea masuk, sebagian karena kebijakan pemerintah Uzbekistan untuk mensubsidi biaya transportasi.
Peringatan ini menutup bulan yang sibuk bagi program ini, yang secara finansial didukung oleh Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) dan Dana Perwalian Multi-Donor (MDTF) yang dikelola oleh Kelompok Bank Dunia. Komite Penasihat Program (Programme Advisory Committee/PAC), yang terdiri dari perwakilan Kementerian Ketenagakerjaan dan Penanggulangan Kemiskinan, FTUU, dan Konfederasi Pengusaha Uzbekistan (CEU) mengadakan pertemuan perdananya pada tanggal 14 Mei. Pertemuan ini merupakan kesempatan untuk mendiskusikan tantangan dan peluang yang ada di dalam industri ini.
"Tahun lalu merupakan tahun yang penting bagi industri kami," kata Bakhtiyor Makhmadaliev, Wakil Ketua FTUU. "Kemitraan kami dengan Better Work tidak hanya meningkatkan kondisi kerja di pabrik-pabrik yang terdaftar, tetapi juga memperkuat kemampuan serikat kami untuk mengorganisir dan mewakili semua pekerja."
Demikian pula, Ilkhom Khaydayrov, Ketua Dewan CEU, mendukung ambisi Better Work untuk industri ini. "Tujuan kami adalah untuk mengatur bukan hanya pekerjaan yang layak, tetapi juga kondisi kerja yang terbaik," katanya.
Mirmukhsin Sultanov, pelaksana tugas Ketua Asosiasi Uztextileprom, juga mengakui dampak yang lebih luas dari dialog konstruktif dan penghormatan terhadap hak-hak di tempat kerja: "Langkah menuju keberlanjutan telah meluas ke seluruh rantai nilai. Banyak perusahaan kami yang ingin mematuhi persyaratan ESG, memperoleh sertifikasi yang relevan dan mengadopsi praktik kerja yang layak untuk memastikan bahwa Uzbekistan memenuhi pedoman global untuk keberlanjutan dan produksi yang beretika."
Komite diberikan laporan yang merangkum kemajuan program sejak diluncurkan pada bulan Juni 2023. Beberapa hal yang menjadi sorotan termasuk studi kelayakan yang berjalan dengan cepat, pendaftaran pabrik baru yang berjalan lebih cepat dari target, dan peningkatan minat dari mitra pembeli internasional.
Selain itu, pada bulan Mei, serangkaian penilaian pertama dari pabrik-pabrik yang berpartisipasi telah dilakukan. Lima perusahaan telah menyelesaikan tinjauan pertama mereka, yang memberikan gambaran rinci tentang tingkat ketidakpemenuhan saat ini. Temuan-temuan tersebut menyoroti masalah-masalah yang ada di industri ini, termasuk kurangnya perlindungan kesehatan dan keselamatan serta masalah-masalah terkait kontrak dan upah yang adil. Hal ini semakin menarik perhatian akan perlunya intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan standar keselamatan dan memastikan perlakuan yang adil serta upah yang layak bagi para pekerja.
"Saat kami memasuki tahun kedua MOU, fokus akan bergeser ke arah integrasi berkelanjutan dari praktik-praktik industri ini dan peningkatan lebih lanjut dari dialog yang produktif," tambah Abu. "Dengan pendekatan yang tepat, kami optimis bahwa Uzbekistan dapat mengambil tempat di antara negara-negara pemasok utama untuk tekstil dan pakaian jadi."